Mukadimah Budidaya Air
Budidaya air pada perinsipnya adalah memelihara kondisi air, sehingga komoditas budidaya di dalamnya akan terpelihara dengan sendirinya, kemudian untuk meningkatkan pertumbuhan, pembudidaya juga perlu menambahkan pakan yang sesuai dengan kebutuhan gizi komoditas budidaya. Untuk dapat memelihara komoditas budidaya, seperti ikan atau udang, terlebih dahulu mesti dilakukan domestifikasi atau upaya membiasakan ikan agar jinak pada lingkungan rumah tangga manusia. Menuju domesifikasi, di sinilah diperlukan pengetahuan tentang keadaan lingkungan eksternal serta lingkungan internal, berupa fisiologis dan morfologis hewan budidaya.
Meteri unsur eksternal yang utama adalah ekologi, yaitu ilmu yang berkaitan dengan hubungan timbal balik antara spesies budidaya dan lingkungan hidupnya. Dengan ilmu ini, pembudidaya dapat mengidenfikasi apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan komoditas, sehingga dapat dicarikan sisi positifnya. Seperti pemanfaatan tanaman bakau untuk mempertahankan kualitas air dan tanah media budidaya. Hal lain, misalnya diperuntukkan untuk pemgembangbiakan pakan alami di media budidaya. Namun, hingga kini masih banyak pelaku budidaya yang belum mengaplikasikan filosofi ekologi di atas. Sehingga yang terjadi adalah ketidakseimbangan lingkungan, lantaran keinginan untuk perluasan area, menambah kepadatan atau bisa dikatakan untuk mengeruk keuntungan secepat mungkin dengan meningkatkan hasil produksi. Celakanya, tak dibarengi perencanaan matang, sehingga peningkatan produksi tidak berlanjut. Hal ini terjadi karena penurunan kualitas media budidaya lantaran melupakan harmonisasi dengan lingkungannya, misalnya dengan cara membabat habis tumbuhan mangrove di sekitar area budidaya.
Kedua adalah mengetahui kondisi internal komoditas budidaya. Itu dapat diketahui dengan mempelajari fisiologis dan morfologis komoditas budidaya. Fisiologi bertujuan untuk mengetahui fungsi dan peranan organ-organ tubuh spesies budidaya. Sementara morfologi adalah ilmu yang berkaitan dengan fungsi bentuk tubuh. Ini dibutuhkan untuk mengetahui mekanisme penyerapan makanan, kemampuan menghasilkan telur, kemampuan adaptasi terhadap lingkungan dan penyakit, hal lain yakni berkaitan dengan sistem pernafasan, pengeluaran sampah, dan syaraf. Morfologi terbatas pada untuk mengetahui fungsi dari setiap bentuk organ tubuh luar dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Juga berguna sebagai dasar pembuatan wadah rekayasa dimana sifatnya tak berebeda jauh dari habitat asli hewan budidaya.
Setelah keduanya dipahami, kendala lain yang sering dihadapi adalah mengetahui pakan ikan yang telah didomestifikasi. Untuk itu, kajian tentang kebiasaan makan (food habit), jenis dan bahan makanan menjadi penting. Kajian umumnya, bisa ditelaah dari klasifikasi berdasarkan kebiasaan makan. Secara dangkalnya disebut bersifat pemakan tumbuhan (herbivora), pemangsa daging (karnivora), atau pemangsa segalanya (omnivora). Untuk mematangkan kajian tentang makanan ini mesti dilakukan perbandingan jenis makanan ikan yang spesies sama, tapi hidup pada ekosistem perairan yang berbeda. Tentunya ini berguna untuk mengetahui rahasia makanan ikan yang sama jenis, umur dan ukurannya yang hidup pada habitat yang berbeda. Kesimpulannya, pembudidaya dapat melakukan efisensi, khususnya dalam pemamfaatan air dan pakan, di samping optimalisasi penggunaan bahan baku yang mudah dijangkau. Ilmu gizi harus menyertai ilmu pakan ini, dengan mengenali nilai gizi pada pakan yang dipadukan dengan kebutuhan gizi komoditas budidaya.
Selanjutnya, yaitu melakukan langkah rekayasa. Dimana ilmu tentang tanah dan air sangat diperlukan. Pembudidaya hendaknya menciptakan sifat dan suasana pemeliharaan yang mirip dengan kondisi alami. Rekayasa tanah dengan mempertimbangkan unsur-unsur yang berguna, seperti konsentrasi unsur hara untuk pertumbuhan pakan alami serta ketersediaan posfat dan zat kimia berguna lainnya. Rekayasa air, misalnya penentuan kadar suhu, pH, O2, CO2, salinitas yang cocok. Sehingga pertumbuhan dan perkembangan komoditas budidaya berjalan normal dan akan mendatangkan keuntungan kepada pembudidayanya.
Rekayasa yang lain adalah rekayasa media. Hal ini berguna untuk menjamin kelancaran mobilitas operasional sehari-hari, menjamin keamanan suplai air dan pembuangannya, dapat menekan biaya konstruksi tanpa mengurangi fungsi teknis dari unit tambak yang dibangun, untuk mempertahankan aspek kelestarian lingkungan. Aplikasi rekayasa jenis ini yaitu pembuatan tanggul keliling (Primer), tanggul penyekat (skunder), petak pengendapan, pintu air pembuatan layout tambak yang tepat dengan beragam fasilitas inti dan penunjang, macam pompa air, mesin diesel, gudang, kantor/laboratorium, sarana olahraga dan rumah para petambak. Bisa pula berbentuk akuarium dengan aeratornya, keramba dengan jaring tali dan drumnya, atau petak kolam ikan dengan hiasan bunga teratai dan air terjun mini.
Tambahan lain, yaitu tahu kondisi dan kebutuhan pasar, agar upaya budidaya berbuah hasil optimal. Sehingga dapat menghasilkan komoditas yang dibutuhkan pasar. Seperti upaya rekayasa genetika untuk menghasilkan komoditas unggul. Konkretnya, tugas kita adalah selalu mencari hal baru dalam rangka efisiensi, pemudahan, mempertahankan kualitas pangan, dan menyejahtrahkan masyarakat.
Dalam melakukan itu, pemahaman mendasar mengenai kenapa kita terjun dalam wilayah ini perlu ditancapkan kembali. Polemik tujuan ilmu itu, apakah ilmu untuk ilmu atau ilmu untuk masyarakat.. atau untuk kepentingan pribadi saja..
Idham Malik
Komentar
Posting Komentar
Salam; Perfecto Presento by Aquaculturo