Pemaduan Efektif antara Peternakan dan Perikanan
Oleh: Ludwig Naegel
Dalam usaha akuakultur, pemupukan tambak dengan bahan organik dan anorganik adalah sangat penting untuk meningkatkan produksi ikan. Pengeluaran untuk pembelian pupuk pada usaha tambak merupakan salah satu faktor penting di antara biaya-biaya produksi lainnya. Pupuk organik dan anorganik dapat meningkatkan produksi utamanya, antara lain: pertumbuhan phytoplankton (unicellular algae), zooplankton, dan bakteri yang dapat disaring dari air oleh beberapa jenis ikan melalui makanannya (filter feeders). Contoh dari sistem filter feeders ini adalah circhhilds (jenis tilapia), mullets (mugil sp), ikan bandeng, ikan mas perak, ikan mas kepala besar, dan juga jenis karper lainnya (common carper), yang keseluruhannya termasuk ikan pemakan semua (omnivora).
Salah satu kemungkinan untuk mengurangi biaya pemupukan pada tambak ikan adalah mengintegrasikan produksi ternak dan ikan. Pada budidaya air tradisional, tambak dipupuk dengan kotoran hewan sebelum ikan dilepaskan atau selama masa produksi. Untuk menghindari pengangkutan kotoran hewan yang melelahkan, maka kandang hewan biasanya dibangun langsung di dekat atau bahkan di atas tambak.
Kotoran ayam sebagai pupuk untuk tambak, merupakan pupuk yang sangat berharga karena banyak mengandung nitrogen, fosfor, dan komponen organik yang sangat tinggi.
Lebih kurang 80 persen kotoran ayam yang merupakan bahan makanan yang belum dicernakan membentuk protein kasar dengan konsentrasi antara 20-30 persen. Jika harga ayam dan telur menurun, kadang-kadang harga jual kotoran ayam melebihi keuntungan yang diperoleh dari harga jual ayam dan telur, sebagaimana pengalaman peternak ayam di Filipina. Dengan demikian, berdasarkan pertimbangan ekonomis, maka kombinasi antara peternakan ayam dan ikan merupakan ide yang sangat baik.
Kandang permanen untuk ayam broiler dan ayam petelur dapat dibangun secara langsung di atas tambak. Kandang ayam dapat diatur disusun sampai beberapa tingkat. Kotoran ayam pada tingkat pertama secara langsung jatuh ke dalam tambak. Pada tingkat sebelah atas, kotorannya ditampung dengan lantai khusus yang sewaktu-waktu dapat dituangkan ke dalam kolam apabila diperlukan.
Pada kombinasi peternakan bebek dan ikan, kandang bebek biasanya dibangun pada bagian ujung tambak. Mamfaat pupuk bebek akan lebih baik apabila tempat istirahat dan makannya dibangun secara langsung di atas tambak, tetapi tipe pemeliharaan dengan cara ini memerlukan banyak tenaga kerja. Selanjutnya akan lebih sempurna apabila peternakan bebek hanya dibatasi pada luas tambak tertentu saja. Misalnya 2-4 meter perbebek untuk menjamin konversi makanan yang lebih baik.
Air yang mengandung kotoran bebek akan tersebar ke seluruh permukaan tambak oleh gerakan riak air. Pada kombinasi produksi bebek dan ikan biasanya tambak dikerjakan lebih intensif: airnya sendiri akan digunakan untuk memelihara ikan, sedangkan permukaan airnya digunakan untuk memelihara bebek. Kotoran bebek akan meningkatkan produksi utama dan pertumbuhan tanaman pada tambak. Dengan bertambah banyaknya persediaan pakan ikan dalam tambak, maka produksi ikan juga akan meningkat. Pertumbuhan tanaman yang subur akan sangat menguntungkan peternakan bebek. Bebek dapat memperoleh kebutuhan proteinnya dari tambak dari tambak sekitar 3-4 persen dari jumlah seluruh protein yang diperlukannya.
Di Hongaria misalnya, negara menunjang usaha kombinasi peternakan bebek dan ikan. Sejumlah 300-500 bebek dipelihara di atas tambak yang luasnya satu hektar pada musim kemarau. Usaha ini dapat meningkatkan produksi ikan gurami antara 140-175 kg perhektar. Di wilayah tropik dan subtropik, yang masa produksinya berlangsung sepanjang tahun, tempratur air yang tinggi, dan penyinaran yang lebih intensif, maka jumlah bebek yang dapat dipelihara pada tambak yang luasnya 1 hektar adalah 1.500 ekor. Dengan demikian, produksi ikan menjadi lebih banyak dan produksi protein dari tambak dapat dilipatgandakan. Di Afrika Tengah, kombinasi produksi dari 1000-1500 ekor bebek per hektar akan menghasilkan 3800-4800 kg ikan tilapia dan lele pertahun.
Contoh lain kombinasi peternakan dengan perikanan yaitu integrasi produksi babi dan ikan, terbukti cukup menguntungkan di negara Cina. Kandang babi pun dapat dibangun di atas tambak ikan. Jika tambaknya kecil, kotoran babi langsung saja dibuang ke dalam air. Di Filipina, percobaan kombinasi antara peternakan babi dan tilapia terbukti berhasil baik. Pada tambak yang luasnya 10 hektar, kombinasi 70 ekor babi dengan 20.000 ekor anak tilapia per hektar menghasilkan 72,2 ton ikan dan 126,1 ton babi per tahun. Pada tambak yang besar, kotoran babi diangin-anginkan terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam tambak untuk mempercepat penguraian biologisnya.
Sesudah itu kotoran tadi disebar merata di atas permukaan air menghindari pemupukan yang berlebih-lebihan pada suatu tempat tertentu. Di daerah tropik dan subtropik, permukaan tambak dapat dipupuk dengan kotoran babi sebanyak 300-600 kg per hari dengan memelihara babi antara 40-80 ekor per hektar. Tetapi, penyebaran pupuk di atas permukaan tambak harus benar-benar dilakukan secara merata. Pada tambak yang murni gurami, pemberian pupuk kotoran babi sebanyak 100 kg dapat menaikkan produksi antara 2,5-3 kg, pada sistem ikan campuran bahkan lebih tinggi yakni 3,5 – 4 kg. Laporan dari Afrika Tengah menyatakan bahwa kombinasi penggemukan babi (50-100 babi per hektar) dengan produksi ikan tilapia dan lele akan menghasilkan 7.700 kg ikan per tahun per tahun.
Beberapa masalah kombinasi peternakan dan perikanan
- Fluktuasi konsentrasi oksigen yang tidak terurai di dalam air tambak.
Penggunaan kotoran hewan untuk pemupukan tambak harus benar-benar mempertimbangkan keadaan oksigen dalam air. Pelapukan kotoran hewan di dalam tambak merupakan dasar utama pertumbuhan phytoplankton dan bakteri yang seterusnya menjadi penunjang utama kehidupan zooplankton. Dengan menggunakan cahaya sebagai sumber energi, phytoplankton dapat mengasimilasi bahan-bahan anorganik dan CO2 untuk menghasilkan oksigen yang sangat dibutuhkan oleh ikan. Apabila pupuk yang ditambahkan terlalu banyak, maka konsumsi phytoplankton oleh zooplankton akan berjalan dengan cepat sekali, sehingga produksi oksigen yang dihasilkan oleh phytoplankton akan menjadi terbatas dan tidak mencukupi kebutuhan oksigen makhluk dalam tambak, seperti bakteri, zooplankton, protozoa, dan ikan.
Akhirnya tambak menjadi anaerobik, ini menyebabkan zooplankton mati dan tingkat kematian ikan meningkat. Dengan pengaturan keseimbangan antara jumlah ikan dan pemberian makan, maka produksi primer dapat dipertahankan pada tingkat yang seimbang. Karena dimakan oleh ikan, maka pembentukan kehidupan baru antara phyto-zooplankton, dan bakteri tetap seimbang, sehingga kadar oksigen di dalam air dapat terkontrol.
- Penggunaan kotoran hewan dan kesehatan masyarakat
Masalah serius dalam hal kombinasi produksi ternak dan ikan adalah segi kesehatan masyarakat. Kotoran hewan yang terinfeksi dapat menjadi mediator penularan penyakit, misalnya bakteri Escheriacoli, Streptococci, Salmonella, dan lain-lain; protozoa seperti disentri amuba, dan trematodes (cacing pita). Penularan tersebut dapat terjadi karena masyarakat memakan ikan yang terinfeksi dan tidak dimasak secara baik sehingga hal ini dapat membahayakan kesehatan masyarakat. Oleh sebab itu pembersihan, pemasakan dan penggorengan ikan yang dipelihara dengan sistem campuran ternak-ikan harus dilakukan dengan sempurna.
Binatang peliharaan seperti babi, sapi, dan kerbau dapat merupakan inang dari Schistoma japonicum, yakni penyebab penyakit bilharziasis. Atas dasar pertimbangan ini, pemupukan ikan dengan kotoran hewan di daerah yang terinfeksi Schistoma dapat merupakan sumber bencana bagi masyarakat pemakan ikan.
Sebaiknya jangan memakan daging ikan yang mentah atau bagian tanaman yang belum dimasak jika habitatnya dipupuk dengan kotoran hewan. Penambahan air jeruk, bawang merah atau bawang putih mentah tidak membinasakan bibit penyakit yang ada pada ikan sebagaimana dipercaya banyak orang. Demikian juga halnya dengan mengasinkan ikan mentah yang terinfeksi dengan penyakit.
Di Thailand dilaporkan peningkatan infeksi oleh cacing hati (Fasciola hepatica) karena mengonsumsi ikan tilapia secara mentah. Melalui kotoran binatang memamah biak, telur cacing hati masuk ke dalam air irigasi, seterusnya masuk ke sawah dan tambak ikan, dimana cacing tersebut menumpang pada tubuh siput (Lymnae spp) selama dua generasi, lalu masuk ke dalam tubuh inang yang terakhir, yakni manusia, apabila ia memakan tilapia yang tidak dimasak. Tubuh manusia sendiri akan bereaksi terhadap telur cacing tersebut berupa reaksi immun yang menimbulkan rasa yang sakit sekali dan selanjutnya menyebabkan peradangan hati (Merkle, A, komunikasi pribadi 1985).
Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengurangi bahaya penggunaan kotoran ternak pada tambak ikan, yakni: penggunaan kotoran yang bebas penyakit. Sangat disayangkan bahwa pemusnahan bibit penyakit (patogen) secara tradisional pada kotoran hewan sebelum dipakai sebagai pupuk tambak, secara ekonomi dan teknis sangat sulit dilaksanakan.
Satu-satunya cara yang umum dilaksanakan yaitu dengan menumpuknya di tempat yang dialiri udara bebas (aerobic composting), metode ini dipraktekkan secara meluas di Cina.
Perlakuan anaerobik pada kotoran hewan di dalam tangki biogas sering dianggap sudah cukup untuk memperoleh kotoran hewan yang bebas penyakit, tetapi dewasa ini metode tersebut dianggap tidak cukup untuk menurunkan konsentrasi patogen sampai tingkat yang tidak berbahaya, karena singkatnya waktu penyimpanan dalam proses penguraian.
Memperpanjang rantai makanan. Meskipun penggunaan pupuk hewan yang tidak steril, termasuk kotoran manusia, telah biasa digunakan di banyak negara, namun pupuk kotoran hewan sebelum dipakai di tambak biasanya terlebih dahulu disimpan selama paling sedikit dua minggu untuk mematikan telur cacing yang ada di dalamnya.
Jika mungkin, produk dari perairan yang diberi pupuk kotoran hewan jangan langsung dikonsumsi manusia, tetapi diproses dan digunakan sebagai makanan ternak. Selanjutnya, ternak inilah yang dikonsumsi manusia. Memperpanjang rantai makanan dianggap dapat melindungi kesehatan masyarakat. Hal ini penting, karena banyak jenis ikan yang secara langsung memakan kotoran hewan dan ini berakibat ikan terinfeksi bibit penyakit seperti bakteri dan viru. Infeksi bibit penyakit ini tidak hanya pada kulit dan bagian perut saja, tetapi juga sampai pada cairan lambung (intraperitoneal fluid) dan jaringan otot ikan.
Pembersihan organisme air sebelum dipasarkan. Apabila ikan diproduksi untuk makanan manusia dan menggunakan pupuk kotoran hewan, ikan itu sebaiknya diberi kesempatan untuk membersihkan diri (depurasi) selama beberapa minggu di dalam air bersih sebelum dipanen dan dipasarkan. Metode ini telah banyak dikembangkan di Cina dan Vietnam, karena di negara ini telah terbukti bahwa bibit penyakit bisa terbawa sampai ke dalam jaringan tubuh ikan.
Pengawasan penyebaran penyakit melalui kegiatan dokter hewan dan pendidikan kesehatan masyarakat. Untuk mengurangi bahaya infeksi melalui penggunaan pupuk kotoran hewan, perhatian khusus perlu diberikan pada kesehatan hewan untuk mencegah hewan tersebut membawa penyakit ke manusia. Melalui pendidikan kesehatan masyarakat, pemberian obat-obatan pencegah penyakit, dan pengobatan orang yang sakit, maka penyebaran penyakit dapat dicegah.
Pengelolaan tambak. Membersihkan vegetasi pada pinggiran tambak akan mengurangi populasi siput yang dapat merupakan inang bagi berbagai jenis cacing, khususnya Clonorchis dan Schistosoma.
Penanganan dan pengolahan ikan. Kondisi kesehatan merupakan pertimbangan utama pada segala tingkat proses penanganan dan pengolahan hasil ikan.
Hilangkan kebiasaan memakan mentah semua jenis produksi perairan. Demi kepentingan kesehatan masyarakat, maka semua jenis produksi dari tambak yang dipupuk dengan kotoran hewan hendaknya jangan dimakan mentah dan terlebih dahulu harus dimasak secara baik. Dengan memasak maka semua bibit penyakit dapat dimusnahkan.
Keraguan konsumen pada ikan yang diproduksi dalam tambak yang dipupuk dengan kotoran hewan. Rintangan utama dalam kombinasi produksi ikan dan ternak adalah permintaan pasaran ikan yang dihasilkan dari air kotor. Kadang-kadang pemupukan tambak dengan kotoran hewan akan mengubah rasa daging ikan menjadi kurang enak. Tetapi dengan memindahkan ikan ke dalam kolam yang airnya bersih selama beberapa hari sebelum dijual, problem perubahan rasa pada ikan dapat dihilangkan. Meskipun demikian konsumen biasanya tetap ragu untuk membeli ikan yang demikian.
Disalin Ulang oleh Bagawat Dam
Maros, 20 Oktober 2008
Komentar
Posting Komentar
Salam; Perfecto Presento by Aquaculturo