Anomali Grand Beasiswa Penelitian I-MHERE BDP

Oleh: Idham Malik

Siang itu, Jumat (19/9/08), di depan ruang Program Studi Budidaya Perairan Unhas, lantai dua gedung Jurusan Perikanan, berkumpul 10 mahasiswa. Saat itu, mereka tampak gelisah, kening mereka sebentar-sebentar berkerut. Tampaknya, ada hal serius yang mereka bincangkan. Kebetulan saya berpapasan dengan mereka siang itu, lantas timbul rasa penasaran dan kemudian memutuskan ikut nimbrung mendengarkan. Mulanya saya tak mau terlibat, tapi pikir-pikir ini berkaitan dengan masa depan perikanan Unhas, di samping pertanggungjawaban uang negara, ya harus urungkan niat ke tempat lain deh. Dimana nyambungnya.

Rencananya, mereka akan berdiskusi dengan tim pendanaan I-MHERE (Imaging Manajemen Hight Education and Relevance), berkaitan dengan konfirmasi transparansi dana hibah grand beasiswa penelitian. Pukul 10.30 Wita, mereka diizinkan masuk ke ruang prodi, di dalam ruangan telah ada Dr Ir Gunarto Latama (ketua tim I-MHERE) serta Ibu Sutinah selaku bendahara hibah dari bank dunia itu.
Setelah duduk melingkari meja prodi, pembicaraan pun dibuka. Mahasiswa pun terbagi dalam dua blok, yaitu blok pemenang dan blok peserta yang tak lolos seleksi. Blok tak lolos lah yang memulai diskusi, pertama ia menyodori pertanyaan kepada tim I-MHERE, terkhusus ke Ibu Sutinah tentang pembagian hasil hibah beasiswa. Pasalnya, sebelum pengumuman keluar, pernah terlontar di mulut Sutinah mengenai hal tersebut. Menurut pihak yang tak lolos, Sutinah pernah mengatakan bahwa untuk menciptakan rasa adil, baik kiranya kalau dana yang telah didapatkan pemenang juga dibagikan kepada teman-temannya, barang 20 persen atau satu juta dari enam juta perpemenang.
Namun, ternyata tawaran Sutinah dahulu ini hanya sekadar perkatakaan ompong melompong saja. Sutinah sendiri takut mengaplikasikan karena mendapat teguran dari tim I-MHERE yang lain. Ia pun tak melanjutkan niat baiknya itu dan membiarkannya mengendap. Namun celakanya, informasi mengenai pembatalan rencana yang dikatakan dapat menimbulkan rasa adil itu tak pernah dikomunikasikan dengan para peserta. Makanya mereka menagih janji Sutinah pada hari itu, tak jauh-jauh mereka pun menuai kecewa mendengar penjelasan Sutinah yang dianggap tak konsisten.
Di samping itu, perwakilan mahasiswa pemenang menunjukkan keogahannya untuk berbagi. Alasannya tak ada kertas di atas putih tentang kesepakatan itu, lagian ini adalah kompetisi, jadi ia berhak penuh terhadap beasiswa tersebut. kata mereka pula bahwa telah banyak anggaran yang telah dikeluarkan, sehingga untuk memotong dan membaginya sepertinya agak sulit. Ada juga sih benarnya.... tapi tunggu dulu. Soalnya banyak cacat yang menyertai penyelenggaraan sedari awal, meski kini dana itu bisa mereka pergunakan untuk apa saja. Untuk mendamaikan dua kubu ini, tim I-MHERE pun menggelontorkan dana sebesar Rp. 250 ribu perpeserta yang tak lolos seleksi. Keputusan itu akhirnya diterima oleh mereka sebagai benang merahnya.

Ceritanya, pendaftaran grand beasiswa penelitian dibuka pada bulan April 2008. Hingga penutupan, mahasiswa yang mendaftarkan diri ada 15 orang. Ke 15 mahasiswa ini akan berkompetisi untuk masuk dalam lima besar proposal penelitian yang dianggap terbaik. Namun, sosialisasi tentang keberadaan hibah kompetisi grand beasiswa tak dilakukan secara maksimal, tapi berlangsung secara oral, mulut ke mulut. Tak ada pengumuman dalam bentuk tertulis yang mestinya terpampang di papan informasi, sehingga sebagian mahasiswa tampak acuh tak acuh terhadap informasi tersebut. Ini dikeluhkan iwan (samaran-red), “saya baru dengar informasi itu setelah batas akhir pendaftaran sisa sehari lagi. Jadi saya tak jadi mendaftar karena terlambat,” katanya.
Jika saja informasinya lancar, terencana dengan baik, mungkin saja jumlah peserta akan semakin banyak. Dengan begitu kualitas penelitian yang terseleksi akan semakin good. Muncul dugaan bahwa grand beasiswa ini dikelola asal jadi, dengan tanpa memerhatikan faktor kualitas dan implikasi positif bagi mahasiswa. Ada pula pikiran bahwa pihak pengelola I-MHERE ini mengabaikan salah satu elemen utama, yaitu mahasiswa. Inidikasinya, ya mahasiswa pada tak tahu menahu mengenai aktivitas para pengelola selama ini.
Kekecewaan lain yang mahasiswa utarakan adalah tidak konsistennya para penyeleksi proposal terhadap penentuan pemenang grand beasiswa. Sebab, pada awal sosialisasi telah beberapakali ditekankan bahwa dana hibah I-MHERE pastinya selalu berkaitan dengan rumput laut dan udang, tak terkecuali Grand Beasiswa ini. Ironinya, setelah pengumuman pemenang keluar pada bulan Agustus lalu, terdapat dua pemenang yang penelitiannya sama sekali tak berkaitan dengan dua komoditas budidaya tersebut. kenapa bisa?
Mengenai hal itu, Sutinah mengatakan bahwa itu bukan masalah, karena rumput laut dan udang sekadar prioritas komoditas semata, artinya komoditas lain tetap bisa dilibatkan. Rancunya, hal ini jarang lagi dikomunikasikan kepada peserta dan mahasiswa. Buntutnya persepsi mahasiswa tetap seperti asumsi awal, yaitu proposal yang akan diterima adalah tentang rumput laut dan udang, sesuai rekomendasi penyandang dana dari Bank Dunia. Tampaknya mahasiswa memang sekadar dipandang sebelah mata, mereka tetap dianggap obyek yang mesti menerima kebijakan tim I-MHERE tanpa aling-aling. Padahal, sama-sama diketahui bahwa mahasiswa adalah salah satu penentu utama sehingga prodi BDP dapat memproleh hibah kompetisi yang jumlah keseluruhannya sekitar Rp. 12 milyar, jika digabung dengan farmasi.

Melirik fenomena ini, perlu ada perbaikan secara massif agar kesalahan lalu tak terulang lagi. Tampaknya benang merah utama yang dapat ditarik adalah minimnya sosialisasi serta komunikasi. Muncul semacam perbedaan persepsi antara mahasiswa dan tim I-MHERE, barangkali disebabkan karena kedua elemen tersebut jarang duduk bersama membicarakan penggunaan dana yang cukup besar itu. Ini butuh perhatian lebih.
Untuk itu, sekurang-kurangnya keberadaan mahasiswa harus dianggap unsur penting, sebagai upaya untuk memajukan perikanan di masa depan. Di samping mesti ada fasilitas sosialisasi yang massif, sebagai sentra informasi tentang segala hal yang berkaitan dengan I-MHERE. Ini diperuntukkan agar mahasiswa tak ketinggalan informasi ataupun salah persepsi. Bisa pula sebagai langkah untuk mengharapkan mahasiswa melakukan kontrol sedini mungkin, supaya kebijakan itu tak langsung jadi bubur lantas merugikan mahasiswa.
Menurut ketua Prodi BDP, Dr Gunarto Latama, kita harus mengevaluasi I-MHERE setelah berjalan setahun ini, untuk mencarikan solusi terhadap permasalahan yang terjadi. Meski begitu, perkataan ketua prodi itu belum menjadi jaminan. Harus ada kesepakatan bersama lagi, antara tim I-MHERE, dosen, mahasiswa disertai komitmen penuh untuk tak melanggar kesepakatan. Sialnya, mahasiswa yang ngotot pada Jumat itu, lupa membuat kesepakatan di atas kertas yang kekuatan hukumnya lebih kuat. Yang tampak adalah prodi mencatat semua keluhan-keluhan mahasiswa, tapi tak dibacakan ulang. Saya pun sebenarnya khawatir, jangan-jangan para penentu kebijakan itu pada amnesia bersama kelak.
So.. Tulisan ini barangkali dapat menjadi unsur pengingat jika saja bapak ibu lupa akan hasil pembicaraan kita bersama. Pun ini bukan bermaksud sinis terhadap bapak ibu yang saya sangat hormati, tapi sekadar sebagai bentuk keresahan dan keinginan berbuat demi kebaikan bersama.
Maaf jika tak ada yang tak berkenan.. semoga kedepannya dapat lebih baik lagi....

Presento Perfecto By Akuaculturo


Komentar

  1. batalkan saja i-mhere jika tidak ada transparan..

    dosen jangan membohongi mahasiswa.. dan jangan ajari mahasiwa untuk bohong.. klo mau mengmabil untung dengan menjual nama mahasiswa.. semoga bisa bertemu dengan setan di neraka.. i-mhere adalah utang. rakyat yang bayar.. lagian di perikanan dosennya masih banyak yang masih jadul.. ketinggalan info. mahasiswa juga bodoh.. karena mau ngikutin dosen yang selalu mengandalkan amarah jika mahasiswa kritis. buat tim i-mher semoga niat yang baik tidak tercemari oleh prilaku kalian yang sesat. ingat kejahatan bukan karena ada niat.. tapi karena ada kesempatan "kata bang napi". jangan pusing pikirkan i-mhere.. asisten saja tidak becus dalam mendidik praktikannya.. siapa yang memilih asisten?? yah dosen lah.. artinya kualitas dosennya dipertanyakan..!!

    BalasHapus

Posting Komentar

Salam; Perfecto Presento by Aquaculturo

Postingan populer dari blog ini

Daftar Istilah-Istilah Perikanan

Faktor Pembatas dan Lingkungan Fisik

Energi dalam Ekologi