Kemungkinan Pengembangan Akuakultur: Integrasi Akuakultur dalam Sistem Produksi Pertanian


Oleh Ludwig Naegel
Patut disyukuri berkat kemajuan besar dalam bidang teknologi penangkapan ikan laut, maka produksi berhasil ditingkatkan dari 20 juta ton pada tahun 1938 menjadi 70 juta ton pada tahun 1970. Hal ini menunjukkan bahwa lautan mengandung persediaan ikan yang tidak pernah habis. Tetapi sejak 1970, akibat penangkapan yang melampaui batas, perusakan habitat ikan, dan pencemaran perairan pantai, produksi ikan tidak pernah lagi mengalami kemajuan.



Hal ini menyebabkan pertambahan jumlah ikan tidak dapat mengimbangi laju pertambahan penduduk dunia. Dengan demikian sumbangan ikan bagi kecukupan gizi manusia menjadi menurun. Untuk meningkatkan kembali permintaan terhadap kebutuhan ikan, maka akuakultur dapat merupakan salah satu alternatif yang sangat penting.
Akuakultur merupakan pengelolaan organisme yang hidup dalam air, seperti cacing, ganggang, dan udang, yang diternakkan dan dipelihara menurut metode tertentu, untuk kemudian hasilnya dipanen, diproses dan dipasarkan. Dewasa ini, kurang lebih 10 juta ton produksi ikan pertahun diperoleh melalui pembudidayaan (1989-red), atau sekitar 15 persen dari seluruh ikan tangkapan yang diperdagangkan. Pada akhir abad 20, perkembangan produksi budidaya air diperkirakan mencapai kenaikan sekitar 35 juta ton pertahun.
Budidaya ikan gurami dalam tambak telah lama dikenal di negeri Cina lebih dari 2000 tahun lalu. Saat ini Asia merupakan penghasil budidaya air yang paling utama, yakni sekitar 85 persen dari seluruh produksi akuakultur di dunia berasal dari wilayah ini. Produksi akuakultur baik di wilayah tropik maupun di wilayah subtropik akan dapat ditingkatkan melalui beberapa kemungkinan sebagai berikut:
1. Pembuatan tambak baru, Pen, Cage, dan Raft Culture
Pembuatan tambak baru di daerah datar yang selalu kebanjiran dan di areal hutan bakau, yang merupakan daerah-daerah yang tidak menguntungkan sebagai lahan pertanian, memberi harapan untuk budidaya ikan.
Beberapa teknik budidaya air yang tidak merusak, seperti pen (pemagaran areal pemeliharaan dengan jaring), floating cage culture (pemeliharaan ikan dalam keramba terapung, dan rag culture (rakit yang diganduli dengan perangkap), dapat merupakan alternatif dalam pembukaan tambak baru di areal hutan bakau untuk produksi tiram dan kepah.
2. Peningkatan produksi tambak
Produksi tambak ikan dapat ditingkatkan melalui penggunaan bibit ikan yang baik, pemupukan, dan pemberian pakan tambahan. Di samping itu, penggunaan teknik sempurna mencakup perencanaan dan pembangunan tambak, sirkulasi udara dan pertukaran air, juga dapat meningkatkan produksi.
3. Integrasi Budidaya Air dengan metode produksi pertanian
Dewasa ini, hanya tersedia sedikit areal yang dapat digunakan untuk pembukaan tambak tanpa mengganggu lingkungan hidup dan tanpa mengeluarkan modal yang besar. Selain itu, kebanyakan pemilik tambak yang kecil tidak memiliki modal untuk mengelola produksinya secara intensif. Pengalaman yang dikumpulkan di Asia mengenai integrasi budidaya air dan pertanian dapat menjadi acuan untuk pengembangan akuakultur di wilayah lain.

Rotasi musiman antara akuakultur dan usaha pertanian
Di Asia, banyak sekali bidang tanah yang digenangi air pada musim hujan selama setengah tahun tanpa pernah kering. Selama periode ini areal tersebut tidak dapat digunakan untuk produksi pertanian. Akan tetapi dengan membangun tanggul maka areal yang luas tersebut dapat diubah menjadi produktif dengan melakukan budidaya air. Hasil studi pendahuluan yang dibiayai FAO pada hutan rawa Candaba di Luzon, Filipina, telah menunjukkan harapan yang menggembirakan. Pada tambak musiman tersebut telah dipanen sebanyak 3000-5000 ikan per hektar.
Dengan memelihara jenis ikan yang pertumbuhannya cepat dan tidak sulit diberi makan, seperti berbagai jenis ikan gurami dan tilapia, maka produksi tambak dapat ditingkatkan sampai lebih dari 2000 kg per hektar. Pada musim kering tambak seperti ini dapat digunakan untuk menanam padi dan semangka. Rotasi budidaya udang dan banding selama musim hujan di wilayah yang digenangi air asin, dan produksi artemia serta garam di musim kemarau merupakan contoh pemanfaatan lahan sepanjang tahun.

Manfaat ganda kolam air
Intensifikasi pertanian di daerah tropic dan subtropik memerlukan air yang cukup untuk mengairi lapangan dan tanaman. Pada musim kemarau, air sangat sulit diperoleh. Untuk tujuan pengairan, maka pembangunan waduk, tempat penampungan air selama musim hujan untuk kegiatan musim kering berikutnya merupakan usaha yang sangat penting.
Waduk umumnya lebih dalam daripada tambak ikan. Kedalaman waduk hanya berkisar 1 meter. Untuk pemanfaatan maksimum waduk yang dalam ini, maka sebagian airnya dapat digunakan untuk mengairi lahan pertanian, selebihnya dapat digunakan untuk memelihara berbagai jenis ikan yang lingkungan hidup dan makanannya berbeda-beda. Polikultur ikan seperti ini akan memberi banyak keuntungan.
Pembudidayaan jenis ikan karper sangat cocok pada wilayah ini. Karper rumput (Ctenopharyngdon idella) memakan jenis tanaman tinggi yang tumbuh di pinggiran dan pematang tambak (littoral), karper perak dn karper kepala besar (Hipophthalmichys molitrix dan Aristichthys nobilis) mengambil makanan dari pelagic, phytoplankton dan zooplankton yang berasal dari zona tropik, yaitu zona ar yang masih dapat ditembus oleh cahaya matahari. Ikan mas jenis Cyprinus carpio dan karper Lumpur (Cirrhinus moltorella) hidup dari organisme bentik, seperti misalnya ulat serangga, cacing, ganggang dan juga dari hasil pelapukan dan pembuangan ikan gurame lainnya.

Kombinasi antara ikan dan produksi tanaman
Salah satu contoh kombinasi ini adalah kangkung (Ipomoea aquatica) dengan ikan gurame dan tilapia. Kangkung merupakan tanaman rambat yang tumbuh cepat dan menyebar di atas permukaan air. Produksi yang berjalan secara simultan antara berbagai jenis ikan dan kangkung di daerah genangan air yang sama, akan merupakan mata pencarian tambahan bagi petani-petani kecil.
Di Filipina, kombinasi antara produksi pertanian dan ikan juga merupakan hal yang urgen bagi petani kecil. Dekat kota Manila ditemukan tambak dengan ukuran 5-100 meter persegi. Pada saat ini terdapat 150 buah tambak kecil yang dimiliki oleh seratus orang anggota koperasi tanpa bantuan dari luar. Kebun sayuran secara kecil-kecilan dibangun di atas pematang tambak.
Di dalam tambak dipelihara ikan tilapia, mas, lele dan jenis gurame. Kangkung menyebar di atas permukaan air, dan pematang tambak penuh ditanami dengan talas, yaitu jenis umbi-umbian yang banyak mengandung tepung. Pada bagian tajuk atas dari pematang ditutupi dengan ubi kayu, bamia (okra), ubi jalar, dan tomat, di samping pisang. Dalam usaha pendayagunaan tambak secara intensif, dewasa ini ada beberapa anggota koperasi yang memelihara siput air (Pila sp). System kombinasi produksi di atas dapat menunjang kehidupan keluarga kecil.
Kombinasi antara produksi padi dan ikan sesungguhnya merupakan pola pertanian tradisional, yang sekarang ini menempati tempat yang semakin penting di Asia. Metodenya sangat sederhana, yaitu dengan membiarkan ikan hidup masuk ke dalam sawah bersama dengan aliran air. Ikan akan berkembang menjadi besar dan kemudian ditangkap pada awal panen padi. Jenis ikan yang diproduksi dengan cara ini umumnya ikan tilapia, ikan lele (Clarias sp) dan belut (Ophiocephalus striatus). Semua jenis ikan tersebut dapat bertahan hidup meskipun permukaan air sangat rendah, tempratur air tinggi, dan kandungan oksigen minimum.
Dengan membangun selokan air di sekeliling dan di sepanjang areal persawahan, dan memilih jenis-jenis ikan yang pertumbuhannya cepat, memberikan pupuk pada kolam ikan, serta memberi ikan pakan tambahan berupa limbah (hasil ikutan) penggilingan beras, maka produksi ikan akan dapat ditingkatkan secara mencolok.
Keuntungan utama dari produksi ini ialah produksi padinya dapat meningkat sebanyak 15 persen. Hal ini terjadi karena ikan sendiri membantu dalam pembrantasan gulma, meningkatkan persediaan oksigen di sekitar akar padi sebagai akibat pembongkaran tanah oleh ikan, pembuangan kotoran ikan, sisa makanan ikan, dan juga karena penambahan pupuk pada saluran kolam ikan.
Selanjutnya ikan memakan siput dan ulat serangga yang mengganggu pertumbuhan padi. Penanaman parietas padi unggul biasanya memerlukan pestisida, herbisida, dan pupuk kimia. Semua ini dapat menjadi sumber racun dan menghambat usaha terpadu produksi padi dan ikan. Sebab itu, penggunaan bahan kimia harus dipertimbangkan secara matang dan hati-hati. Pengembangan varietas padi yang tahan terhadap penyakit akan memberikan harapan yang lebih baik pada metode ini.
Jika padi adalah produksi utama, maka produksi ikan harus disesuaikan dengan kebutuhan produksi padinya. Ini merupakan masalah bagi pemeliharaan ikan. Juga pemberian air secara terus-menerus pada sawah akan memerlukan sejumlah pengalaman tertentu dalam pengelolaan air.
Varietas padi unggul yang berumur pendek akan mengurangi periode pertumbuhan ikan. Dengan demikian ukuran ikan yang dihasilkan akan terlalu kecil untuk dipasarkan. Jalan keluarnya adalah memindahkan ikan berukuran kecil itu ke tambak pembesaran. Hal lain lagi yaitu pemaduan produksi pad dan ikan ialah pembangunan saluran-saluran untuk ikan di sawah akan mengurangi areal yang dapat ditumbuhi padi. Ini pula butuh pemikiran yang matang..

Disalin Ulang oleh Idham Malik
Dari buku Budidaya Air yang disunting Alfred Bittner

Komentar

  1. Mengundang Mahasiswa Akuakuktur Se-INDONESIA untuk bergabung di lomunitas mahasiswa akuakultur indonesia : www.milismakua.co.cc dan www.fsmakua.co.cc

    BalasHapus
  2. terimakasih informasinya yang anda tuliskan dalam blog anda.karena sangat berguna dalam menjalankan skripsi saya,serta menambahkan referensi saya untuk kelengkapan skripsi.

    one more again i say thank you

    andy setyo w
    budidaya perairan unair
    surabaya-jawa timur

    email saya
    nilotica86@yahoo.com

    BalasHapus

Posting Komentar

Salam; Perfecto Presento by Aquaculturo

Postingan populer dari blog ini

Daftar Istilah-Istilah Perikanan

Faktor Pembatas dan Lingkungan Fisik

Energi dalam Ekologi