Asmi Citra Malina, Ikan Kerapu Jadi Inspirasi

Kesenangannya pada laut sejak kecil mambawa Asmi Citra Malina meraih penghargaan Loreal Indonesia Fellowship for Women in Science untuk kategori life science.

Penghargaan pretisius itu berhasil disabetnya berkat proposal penelitiannya berjudul “Analisa Penggunaan DNA Sintetik (CpG ODN) dalam meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus forskal)”.


Setelah memenangi penghargaan itu dan mendapatkan bantuan dana dari pihak Loreal, diungkapkan Asmi, pada Januari 2009 mendatang, dia akan memulai penelitian yang akan memulai penelitian yang akan di Universitas Hasanuddin (Unhas) maupun di Institut Pertanian Bogor (IPB).
“Pada manusia, DNA sintetik ini sudah sangat berkembang dan dipakai untuk terapi alergi, antikanker, dan penyakit infeksi dengan efek samping yang sangat minim sekali,” ungkap peneliti ketiga yang memublikasikan secara internasional kegunaan DNA sintetik ini pada ikan.
Alasan memilih kerapu sebagai objek penelitian karena ikan tersebut merupakan salah satu komoditas perikanan laut bernilai tinggi. Di samping menjadi salah satu komoditas unggulan di Indonesia. Bahkan, berdasarkan data Departemen Pertanian (Deptan) pada 1999, komoditas ikan ini pernah mencapai angka peningkatan ekspor sebesar 350%, yakni dari 19 ton pada 1987 menjadi 57 ton pada 1988.
Salah satu ikan jenis ikan kerapu yang mempunyai nilai ekonomis penting adalah ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus forskal). Budidaya ikan kerapu pada sejumlah lokasi di Indonesia pun semakin berkembang, terutama yang menggunakan media Keramba Jaring Apung (KJA). Ini disebabkan tersedianya benih secara teratur, baik dalam jumlah maupun ukuran.
Sayangnya, penyakit menjadi pangkal masalah pengembangan budidaya ikan tersebut. salah satu penyakit yang ditemukan pada ikan krapu adalah penyakit infeksi bakteri vibrio sp dengan gejala klinis adanya borok pada bagian tubuh dan sirip yang membusuk.
Selain itu, tingginya ketian benih ikan kerapu juga disebabkan infeksi virus, utamanya viral nervous necrosis (VNN). Virus ini dikethui menjadi momok bagi pada pembudidaya ikan di KJA karena dapat menyebabkan kematian ikan hingga 100%. Karena itu, meurut Asmi, pencegahan dan perluasan penyakit perlu dilakukan secara dini, di mana hal ini memerlukan diagnosis dan penanganan yang tepat.
“Karena itu, penelitian mengenai pengaruh CpG-ODN (cystidinephosphateguanosine oligodeoxynucleotides) pada ikan ekonomis seperti pada ikan kerapu kerapu macan yang sangat penting untuk mencegah perluasan penyakit, sekaligus memberikan informasi baru mengenai efek CpG-ODN. Nantinya dapat memberi kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang vaksin DNA,” ungkapnya.
Dikatakan Asmi, ketika S2 dan S3, dia pernah melakukan penelitian DNA sintetik yang diujicobakan pada ikan mas terbukti bisa meningkatkan kekebalan tubuh. Nah, inti dari penelitian lanjutannya ini adalah ingin mencari sekuen spesifik dari basa-basa itu yang cocok untuk ikan kerapu. Meski terkendala dana dan hanya diberi waktu antara enam bulan hingga satu tahun, penelitian molekuler ini juga membutuhkan waktu dalam hal memperoleh foto DNA yang bagus. Soalnya, jika tak bagus, maka akan diulang berkali-kali.
Namun, jika foto DNA yang didapat sudah bagus dan ditemukan basa yang cocok, maka hasil penelitiannya bisa langsung diterapkan untuk meningkatkan efektivitas vaksin (adjuvant). Dia menambahkan, vaksin abad ke 21 ini berfungsi untuk meningkatkan respon kekebalan tubuh dan sebagai agen perlawanan terhadap penyakit, baik bagi manusia maupun hewan. Bahkan, vaksin ini selain bisa diterapkan pada ikan kerapu, juga pada kasus HIV-AIDS.
Dia berharap, penelitiannya nanti mampu dipergunakan oleh masyarakat nelayan dan rakyat Indonesia secara keseluruhan. Pemanfaatan yang dapat menumbuhkan daya tahan kesehatan dan ekonomi bangsa ini. (jerna).

Disalin dari koran harian Seputar Indonesia edisi Selasa (4/11)