Hukum Budidaya: Berkenaan Kualitas Air


Berbicara dengan hukum kini tak mesti dikaitkan dengan penegakan keadilan dan hak asasi manusia, tapi kali ini kita mengarah penerapan hukum alam yang sesuai dengan kehidupan hewan budidaya air, dimana mereka memperoleh penghidupan yang lebih baik.
Berikut adalah uraian singkat mengenai beberapa kompartemen yang penting untuk kelangsungan hewan peliharaan berupa udang windu, yaitu kandungan oksigen terlarut, salinitas, derajat keasaman (pH), suhu, kekeruhan, amoniak dan asam sulfida, nitrit dan nitrat.



Oksigen Terlarut
Oksigen dibutuhkan udang untuk bernafas. Ketersediaan oksigen di dalam air sangat menentukan kelangsungan hidup dan pertumbuhan udang. Kandungan oksigen terlarut yang baik untuk udang adalah 4 sampai 8 ppm. Kandungan DO dipengaruhi oleh arus, gelombang, dan aktivitas fitoplankton.
Rendahnya kandungan oksigen terlarut di dalam tambak sering terjadi pada musim kemarau yang tidak berangin. Selain itu, penurunan kandungan oksigen juga dipengaruhi oleh suhu rendah pada malam hari yang diikuti oleh peningkatan aktivitas fitoplankton. Kondisi ini ditandai dengan mengambangnya udang ke permukaan air. Cara mengatasinya, bisa dengan penggunaan aerator dan juga dilakukan pergantian air pada dini hari.

Salinitas
Secara sederhana, salinitas disebut juga dengan kadar garam atau tingkat keasinan air. Secara ilmiah, salinitas didefenisikan dengan total padatan dalam air setelah semua karbonat dan senywa organik dioksidasi, dan bromida serta iodida dianggap sebagai klorida. Besarnya salinitas dinyatakan permill (ppt: gram per kilogram). Untuk mengukur salinitas air tambak dapat digunakan salinometer, refraktometer atau hendraktometer.
Udang windu menyukai air bersalinitas 10-35 ppt. Salinitas ini lebih rendah daripada salinitas yang dikehendaki udang jenis lain. salinitas untuk pertumbuhan udang windu yang baik diperoleh pada kisaran 19 – 35 ppt. Penurunan salinitas air tambak di bawah 10 ppt dapat membuat kondisi udang melemah, dan peka terhadap serangan penyakit. Jika di atas 35 ppt, sebagian besar energi udang digunakan untuk beradaptasi atau berosmoregulasi, sehingga pertumbuhannya terhambat.

Derajat Keasaman (pH)
Nilai pH normal untuk tambak udang windu sekitar 6-8. Nilai pH di atas 10 dapat membunuh udang, sementara jika di bawah 5 pertumbuhan udang akan terhambat. Goncangan pH air pada budidaya udang di tambak kadang tidak terlalu mengkhawatirkan, karena air laut mempunyai daya penyangga (buffer) yang cukup kuat. Goncangan pH yang kuat bisa di atasi dengan meningkatkan frekuensi pergantian air dan pengoperasian aerator, terutama pada pagi hari. Besarnya goncangan pH yang bisa ditoleransi sebaiknya tidak lebih dari 0,5. Mengantisipasi rendahnya pH pada saat persiapan tambak, tanah dasar tambak bisa ditaburi kapur, untuk menaikkan pH.
Pengukuran pH dapat dilakukan dengan kertas lakmus dan pH water tester atau pH meter (alat pengukur pH air secara digital). Selain sulit diaplikasikan di lapangan, harga pH meter juga relatif mahal, tapi barangnya yang mahal biasanya lebih akurat dan berkualitas.

Suhu
Kisaran suhu air tambak yang baik bagi pertumbuhan udang windu adalah 25 – 30 0C. Perubahan suhu yang bisa ditoleransi tidak lebih dari 20C. Karena itu, harus dihindari perubahan suhu secara mendadak karena akan berpengaruh langsung terhadap kehidupan udang.
Jika suhu air tambak turun hingga di bawah 250C, daya cerna udang windu terhadap makanan yang dikonsumsi berkurang. Sebaliknya, jika suhu naik hingga lebih dari 300C, udang windu akan mengalami stress karena kebutuhan oksigen semakin tinggi. Kalau sudah di bawah 14 0C, kita tinggal tunggu kapan udang windu tersebut mengapung di permukaan.
Untuk menghindari kenaikan suhu pada musim kemarau, permukaan air perlu dinaikkan, atau menambah kedalaman tambak dan memasukkan air baru. Jika terjadi stratifikasi suhu akibat angin, sementara matahari sangat terik atau ketika hujan lebat, aerator harus harus segera dioperasikan, karena saat itu lapisan air sebelah atas tersi air bersuhu dingin sementara lapisan bawah bersuhu panas.
Dengan pengoperasian aerator, suhu menjadi lebih merata sehingga jumlah oksigen terlarut juga meningkat. Suhu dapat diukur dengan menggunakan termometer, bisa pula dengan DO meter atau SCT meter.

Kekeruhan
Kekeruhan air tambak sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan udang windu. Zat atau material terlarut (tersuspensi) seperti lumpur, senyawa organik dan anorganik, plankton, dan mikroorganisme diduga kuat sebagai penyebab kekeruhan air. Kekeruhan menyebabkan sinar yang sampai ke air lebih banyak dihamburkan dan diserap daripada yang ditransmisikan ke sekelilingnya. Padahal sinar matahari ini sangat diperlukan oleh udang dan plankton yang terdapat dalam air. Karena itu, kondisi air tambak diusahakan tidak terlalu keruh.
Pengukuran kekeruhan air sering dilakukan dengan melihat tingkat kecerahan air. Biasanya dilakukan dengan menggunakan secchi disc (keping secchi). Tingkat kecerahan yang diharapkan untuk budidaya udang adalah 25 – 40 cm. Artinya, daya tembus maksimum sinar matahari ke dalam air hanya 40 cm. Daya tembus sinar matahari yang tidak terlalu dalam tersebut disebabkan oleh banyaknya plankton yang menghuni perairan sehingga persediaan makanan alaminya cukup tersedia. Sementara itu, jika kecerahan perairan tambak sampai ke dasar (100 – 150 cm), berarti perairan tersebut tidak subur karena hanya mengandung sedikit plankton.

Amonia (NH3) dan Asam Sulfida (H2S)
Amonia merupakan senyawa yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan udang. Munculnya amonia di dalam tambak disebabkan oleh adanya sisa pakan yang tidak termakan, bangkai hewan dan tumbuhan, kotoran udang, dan bahan organik lainnya yang membusuk, misalnya ganggang. Pada konsentrasi di atas 0,45 ppm, amonia dapat menghambat pertumbuhan udang sampai 50%. Agar udang tumbuh cukup baik, amoniak yang terdapat dalam air tambak tidak boleh lebih dari 0,1 ppm.
Di samping amoniak, kandungan asam sulfinda pun akan berpengaruh terhadap tambak, terutama setelah 2-3 kali panen. Langkah pencegahan bisa dilakukan dengan mempersiapkan tambak sebaik mungkin dan menjaga kualitas pakan. Pakan yang berkualitas akan mendukung stabilitas air dalam tambak. Konsentrasi asam sulfida normal atau yang bisa ditoleransi di dalam tambak adalah 0,12 ppm.

Nitrit dan Nitrat
Adanya oksigen di dalam air tambak akan mengubah amonia menjadi nitrat dan nitrit (nitrifikasi). Nitrat terbentuk dari reaksi antara amonia dan oksigen yang terlarut dalam air. Besarnya kadar nitrat di dalam tambak yang masih bisa ditoleransi berada di bawah 0,1 ppm.
Sementara itu, kadar nitrit yang diperbolehkan tidak lebih dari 0,5 ppm. Kadar nitrat dan nitrit di dalam air tambak yang melebihi ambang batas tersebut akan berpengaruh negatif terhadap udang windu yang dipelihara. Pengukuran kadar nitrat dan nirit menggunakan instrument kit dengan kisaran pengukuran 0,05 – 2 ppm. Alat ini juga berfungsi sebagai pengukur kadar Cd (cadmium) dalam air tambak.

Disalin dari buku Budidaya Udang Windu
Karya Ir Khairul Amri, M.Si




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Istilah-Istilah Perikanan

Faktor Pembatas dan Lingkungan Fisik

Energi dalam Ekologi