Mengenal Berbagai Jenis Kolam


Secara keseluruhan usaha perikanan meliputi tiga kegiatan utama, yaitu usaha memproduksi hasil perikanan, usaha memproses produksi hasil perikanan, dan usaha memasarkan hasil perikanan. Adapun usaha memproduksi hasil perikanan air tawar meliputi kegiatan penangkapan di perairan umum seperti danau dan sungai, rawa erta kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di dalam kolam. Usaha pemeliharaan atau lebih dikenal dengan usaha budidaya (kultur) ini terdiri dari kegiatan pembenihan dan pembesaran.
Pembenihan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan benih hingga berukuran tertentu. Kegiatan ini biasanya dimulai dengan pemeliharaan induk, pengawinan atau pemijahan, perawatan telur hingga penetasan, perawatan benih yang baru menetas, perawatan benih hingga berukuran tertentu.


Sementara kegiatan pembesaran lebih banyak untuk memperoleh ikan berukuran konsumsi atau untuk menjadi induk kembali. Dengan demikian, kegiatan pembesaran sebagai kegiatan lanjutan dari pembenihan. Begitu pula sebaliknya, pembenihan adalah tindak lanjut dari pembesaran. Atau bisa dikatakan sebagai pola mata rantai.
Sepintas sudah dapat dibayangkan bahwa pembenihan lebih banyak membutuhkan jumlah kolam. Setiap kegiatan pembenihan mempunyai ciri dan keistimewaan tersendiri sehingga membutuhkan kolam dan perlakuan yang tersendiri pula. Sementara pembesaran hanya membutuhkan satu jenis kolam (pembesaran) yang agak luas.
Dalam budidaya ikan, dikenal berbagai jenis kolam berdasarkan fungsinya, yang sangat berpengaruh terhadap proses produksi dan kelangsungan usaha. Adapun kolam-kolam tersebut antara lain kolam pemeliharaan induk, kolam pemijahan, kolam penetasan telur, kolam pendederan, kolam pembesaran, kolam penumbuhan pakan alami ikan, kolam pengendapan, dan kolam penampungan hasil.

A. Kolam Pemeliharaan Induk
Kolam ini dimaksudkan sebagai tempat induk ikan yang siap atau selesai dipijahkan. Untuk menjaga agar induk tidak memijah liar (mijah maling), induk jantan dan betina harus ditempatkan di kolam tersendiri. Sistem pengairan kolam pemijahan tersebut diusahakan secara paralel. Artinya, setiap kolam memiliki pintu pemasukan air sendiri dan mendapatkan air baru terus menerus. Bila lahan dan air kurang memungkinkan, pengaliran air boleh dilakukan secara seri. Syaratnya, kolam tetap harus dua buah dan induk betina harus ditempatkan di kolam sebelah atas agar tidak terangsang bau sperma jantan yang keluar secara tidak sengaja.
Kolam pemeliharaan yang induknya terpisah khusus diberlakukan bagi ikan-ikan yang memerlukan manipulasi lingkungan dalam pemijahannya dan membutuhkan waktu relatif lama untuk mematangkan telurnya dai pemijahan pertama ke pemijahan berikutnya. Contoh ikannya adalah ikan mas, tawes, tambakan, sepat siam, dll.
Namun, bagi ikan yang tidak membutuhkan manipulasi lingkungan dan membutuhkan waktu pendek untuk matang telur, kolam pemeliharaan induk boleh dijadikan satu dengan kolam pemijahan, seperti terjadi pada kolam ikan lele dan gurame.



B. Kolam Pemijahan
Kolam pemijahan berfungsi mempertemukan induk jantan dan induk betina yang telah siap (matang telur). Kolam tersebut sebelumnya telah dilakukan pengeringan dasar kolam, pemberantasan hama, dan perbaikan pematang.
Pada beberapa ikan menghendaki kolam pemijahan yang sirkulasi airnya lancar, seperti ikan mas dan tawes karena sifat dari alamnya atau kebiasaan berkembang biaknya. Berbeda dengan ikan yang mempunyai alat pernafasan tambahan seperti nila, lele, gurame, sepat, siam, dan tambakan, pemasukan air yang baru tidak terlalu dibutuhkan, tapi dapat meningkatkan produksi benih.
Kolam pemijahan untuk masing-masing ikan berbeda-beda, tergantung kebiasaan berkembang-biaknya. Misalnya, ikan lele menghendaki kolam pemijahan yang dilengkapi sarang-sarang peneluran di sepanjang sisinya. Sementara ikan nila membutuhkan kolam dengan dasar lunak atau berpasir karena mempunyai kebiasaan membuat sarang peneluran di dasar kolam pemijahan. Ikan gurame menghendaki ijuk atau rumput-rumputan di dalam kolam dengan lubang-lubang di sepanjang kolam untuk tetap membangun sarang peneluran sebelum melakukan pemijahan. Ikan mas membutuhkan alat menempel telur karena mempunyai kebiasaan memijah di bawah rerumputan dan sifat telurnya yang adhesif (melekat). Biasanya, alat tersebut disediakan kakaban dari ijuk yang dijepit.
Sementara ikan tawes harus disediakan kolam yang sedikit berpasir karena mempunyai sifat menghamburkan telur-telurnya di dasar kolam. Sifat telur ikan tawes domersal atau melayang di dekat dasar kolam. Untuk ikan sepat siam dan tambakan harus disediakan penutup dari jerami di permukaan kolam pemijahannya sebab ikan ini mempunyai kebiasaan membangun sarang busa sebelum memijah sehingga jerami dapat melindungi telur-telurnya dari panas matahari dan air hujan. Oleh karena itu, kolam pemijahan ikan mas tentu saja tidak dapat dipergunakan untuk pemijahan ikan lele. Demikian juga untuk kolam pemijahan ikan gurame, tidak dapat digunakan untuk pemijahan ikan mas.

C. Kolam Penetasan Telur
Beberapa jenis ikan tidak membutuhkan kolam penetasan karena telur dapat ditetaskan di kolam pemijahan. Meski begitu, telur akan sangat baik bila ditetaskan di kolam tersendiri. Misalnya, telur ikan mas harus mempunyai kolam penetasan tersendiri karena biasanya akan dimangsa oleh induk yang telah capai memijah. Alternatif lain dengan mengangkat induk ikan mas secepatnya pada keesokan harinya setelah selesai memijah bila telur tidak dipindahkan.
Untuk ikan yang mempunyai naluri merawat anaknya, akan sangat baik bila telur maupun benih tetap dibiarkan di kolam pemijahan bersama induknya seperti ikan nila, gurame, lele, sepat siam, dan tambakan. Ikan nila sering disangka kanibal kerena sering dipergoki melahap anaknya. Padahal, ikan dari Afrika ini sebenarnya sedang melindungi anaknya dengan jalan mengisap tanpa menelannya ke dalam mulut bila sedang ada bahaya. Ikan ini juga mempunyai kebiasaan mengerami telur-telurnya di dalam mulut sehingga mendapat julukan mouth breeder.
Untuk ikan tawes, kolam pemijahan boleh terpisah dengan kolam penetasan telur. Pemisahan kolam ini biasanya hanya ditempuh jika mengawinkan tawes secara rangsangan, sedangkan untuk pemijahan tradisional, kolam pemijahan dan penetasan telur tetap menjadi satu.



D. Kolam Pendederan
Kolam pendederan dimaksudkan untuk pemeliharaan dan pembesaran benih hingga berukuran cukup untuk dipelihara di kolam pembesaran. Ukuran ikan yang dibesarkan biasanya masih sangat kecil. Pendederan ini sering kali dipakai untuk menyeleksi benih-benih unggul tahap pertama. Benih-benih yang pertumbuhannya kelihatan menonjol disisihkan untuk dipelihara di kolam pembesaran tersendiri sebelum akhirnya dirawat untuk dijadikan induk unggul. Kolam pendederan ini biasanya luasnya berkisar antara 250 – 600 m2 dan dibedakan menjadi kolam pendederan I, II dan seterusnya.

E. Kolam Pembesaran
Kolam pembesaran ikan secara tradisional biasanya berukuran sama dengan kolam pendederan. Bedanya, ukuran dan jumlah benih ikan yang ditebarkan di dalam kolam. Kepadatan kolam pendederan disebabkan jumlah penebarannya tinggi, tetapi benihnya berukuran kecil. Sedangkan kepadatan penebaran kolam pembesaran biasanya lebih rendah dengan ukuran benih relatif lebih besar.
Kolam pembesaran dibedakan menjadi kolam pembesaran I dan kolam pembesaran II. Pembagian kolam pembesaran ini bertujuan untuk memotong siklus pemeliharaan. Dengan demikian, bila ada gangguan atau sesuatu yang tidak beres, dapat diketahui dengan cepat dan pasti. Misalnya adanya mortalitas yang tinggi dan serangan penyakit.
Kolam pembesaran yang hanya terdiri dari satu jenis, pada akhir pemeliharaan pemilik kolam sering kali kecewa karena jumlah ikan yang dipanennya sangat sedikit bila dibandingkan jumlah saat ditebar. Hal tersebut bisa terjadi karena selama pemeliharaan tidak terjadi pemotongan siklus dan pemotongan hama sehingga tidak dapat diketahui secara cepat mortalitas ikan dan penyebabnya. Akibatnya, panen jauh dari harapan.

F. Kolam Penumbuhan Pakan Alami Ikan
Untuk beberapa teknik budidaya ikan, kolam penumbuhan pakan alami perlu disediakan tersendiri setiap awal pendederan ataupun pembesaran ikan. Kolam terlebih dulu disiapkan agar mampu menyediakan pakan alami bagi ikan yang dipelihara, misalnya dengan pemupukan. Namun, kolam yang telah ada ikannya memiliki keterbatasan untuk menyediakan pakan sehingga perlu disediakan kolam khusus untuk mengultur pakan alami ikan.
Kolam penumbuhan pakan alami ini bisa berukuran sangat kecil, hanya beberapa meter hingga ratusan meter persegi. Luas kolam ditentukan oleh jumlah pakan alami yang diperlukan dan jumlah kolam yang harus disuplai. Untuk kolam yang luas, dasar kolam maupun pematang berupa tanah biasa. Namun, bila hanya luasnya beberapa meter persegi, alas kolam bisa dibuat dengan pasangan batu bata.

G. Kolam Pengendapan
Kolam pengendapan atau lebih dikenal dengan bak pengendapan biasanya diperlukan untuk kolam yang mendapatkan airnya dari sungai yang keruh. Kekeruhan ini akan berakibat berkurangnya nafsu makan ikan sehingga pertumbuhannya menjadi terhambat. Bila terjadi dalam kurun waktu yang lama, akan menyebabkan pendangkalan pada kolam. Hal tersebut sudah pasti akan menambah biaya perbaikan dan perawatan kolam.
Fungsi dari bak pengendapan ini tidak lain adalah mengendapkan atau mengumpulkan bahan-bahan organis maupun anorganis yang tidak dikehendaki. Biasanya berupa sampah plastik, daun, kaleng-kaleng bekas, dan lumpur. Setelah bak pengendapan, biasanya digunakan bak filter. Fungsinya tidak kalah penting dengan bak pengendapan. Fungsi bak filter untuk menyaring jasad-jasad yang tidak dikehendaki, misalnya ikan-ikan liar maupun bibit penyakit. Air dari bak pengendapan dan filter ini untuk kolam pemijahan. Kolam pemijahan relatif membutuhkan air jernih agar daya tetas telurnya tinggi sesuai dengan yang ditargetkan.

H. Kolam Penampungan Hasil
Kolam ini digunakan untuk menampung hasil ikan dari kolam, baik berupa benih maupun yang sudah berukuran konsumsi. Kolam ini biasanya sekaligus digunakan untuk sortir benih ikan. Namun, tidak jarang kolam penampungan hasil ini dipergunakan sebagai pemberokan ikan yang akan diangkat jauh.
Bagi yang lahannya terbatas, kolam penampungan hasil ini jarang dibuatkan karena kegunaannya insidentil dan dianggap menghabiskan tempat. Biasanya, petani yang sudah berpengalaman menggantikan kolam penampungan hasil ini dengan kain hapa yang berbentuk kantong berukuran 1 m x 1m x 2 m, yang dipancang di depan pintu pemasukan air. Pemasangan sengaja dilakukan di depan pintu pemasukan air agar diperoleh air segar yang masih banyak kandungan oksigennya.
Pembesaran ikan tidak hanya dapat dilakukan di kolam saja. Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan pada subsektor perikanan, sekarang pembesaran ikan telah dapat dilakukan di jaring terapung atau populer dengan sebutan impounding net, keramba yang dipasang pada aliran sungai, di rawa-rawa dengan mempergunakan pagar bambu atau ferce systeem, dan lain sebagainya.

From Buku “Budidaya Ikan di Pekarangan”
Karya; Heru Susanto

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Istilah-Istilah Perikanan

Faktor Pembatas dan Lingkungan Fisik

Energi dalam Ekologi